Menyulap Rongsokan Menjadi Sepeda Layak Pakai

rongsokan
DIAN CEK KONDISI: Anak buah Sunarti sedang mengecek kondisi sepeda bekas yang dijualnya di Jalan Walter Condrat, Sampit, Kamis (25/3).(MURNIATI/RADAR SAMPIT)

SAMPIT– Rongsokan sepeda dikumpulkan, diperbaiki, lalu dijual lagi.  Selain mennguntungkan, juga berkontribusi mengurangi volume sampah. Itulah usaha yang digeluti Sunarti di Jl. Walter Condrat, Sampit.

Di toko barang bekas miliknya, wanita paruh baya yang akrab disapa Narti ini bercerita kehidupannya dulu hingga saat ini menjadi seorang yang berpenghasilan cukup. Wanita yang juga merupakan seorang pemilik kos ini berjuang selama 11 tahun lamanya.

Bacaan Lainnya

Dulu, Sunarti adalah seorang pemulung. Dia kerja bersama pamannya yang baru datang dari Jawa. Saat itu uang tersisa Rp 10 ribu.  Akhirnya pamannya berkerja menjadi kuli angkat barang dan pengumpul barang bekas.

”Di situlah paman saya bertemu dengan para pengumpul barang bekas lainnya. Kemudian paman mengajak saya berkerja menjadi  pengumpul barang bekas,” kisahnya kemarin (25/3).

Ketika menjadi seorang pengumpul barang bekas, Narti mendapatkan pengetahuan baru seputar perakitan barang bekas. Barang yang sudah diperbaiki, dijual lagi.  Akhirnya Narti membuat sebuah usaha jual beli sepeda bekas, yang masih berjalan hingga saat ini.

Baca Juga :  Segini Pentingnya Pedampingan terhadap Anak dan Perempuan Korban Kekerasan

Saat awal mendirikan usaha jual beli sepeda bekas tahun 2009, ia dan pamannya hanya bermodal Rp 300 ribu. Uang hasil kuli angkat barang itu dijadikan modal membangun tempat usaha merakit sepeda bekas.

“Itu adalah hasil tabungan kami bersama dari kuli angkat barang dan pengumpulan barang bekas. Kami dulu hanya mengumpulkan barang bekas biasa seperti kaleng, besi-besi tua dan lainnya,” kata Narti.

Dia mendapat ide usaha baru dari bos rongsokan agar menjadi spesialis pengumpul sepeda bekas. Kemudian sepeda bekas itu kami rakit kembali untuk menjadi sepeda baru. Untuk harga sepeda hasil rakitan berbeda, dimulai dari yang paling besar sekitar Rp 350 ribu dan sepeda paling kecil Rp 150 ribu.

Sebelum pandemi Covid-19, Narti bisa menjual lima sepeda setiap harinya. Akibat pandemi, penjualan sepeda bekas berkurang menjadi dua sepeda per harinya.

”Saya menyiasati hal tersebut dengan memproduksi barang lain. Jadi dari barang bekas itu kami kembangkan menjadi barang lain selain sepeda,” tuturnya. (rm-105/yit)



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *