Bagi sebagian orang, sampah menjadi barang yang menjijikan, bau, dan kotor. Namun, bagi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), sampah merupakan harta karun terpendam yang bisa diubah menjadi sesuatu yang bernilai harganya.
HENY, Sampit
Selama satu bulan terakhir, Kepala DLH Kotim Sanggul Lumban Gaol fokus membenahi Tempat Pembuangan Sampah (TPA) di Jalan Jenderal Sudirman Km 14.
Dia sempat stres melihat kondisi sampah yang berantakan. Sampah yang menggunung tak dirapikan. Lahan yang tak seharusnya menjadi tempat pembuangan sampah justru dipenuhi banyak sampah. Musababnya, ada beberapa faktor yang membuat petugas kebersihan membuang sampah di lahan kosong dekat dengan zona komposting.
”Sempat stresS saya melihat kondisi sampah berantakan di TPA. Selama sebulan ini fokus, bolak-balik ngecek di TPA. Pelan-pelan dibenahi, sampah diangkut, dibuang ke tempat yang seharusnya, lahan bekas pembuangan sampah dibersihkan, diuruk pakai tanah. Sekarang lihat sendiri sudah bersih,” kata pejabat yang kembali aktif bertugas sejak 5 Juli 2021 lalu ini.
Sanggul mengatakan, meski pembuangan sampah masih berada di area TPA, namun sampah tak seharusnya dibuang sembarangan. Proses pembuangan sampah di TPA tak semudah yang dipikirkan masyarakat awam. Di lokasi TPA yang sudah beroperasi sejak tahun 2000 itu, Pemkab Kotim menyediakan dua tempat Sanitary Landfill.
Sanitary landfill merupakan sistem pengelolaan sampah dengan cara menumpuk sampah ke suatu lokasi lahan yang dibuat cekung. Lalu, sampah dipadatkan dan ditutup dengan tanah.
Ada terdapat dua sanitary landfill yang dilengkapi instalasi pengelolaan limbah (IPAL) dimasing-masing zonanya. ”Di sini ada dua landfill. Hanya satu zona yang aktif. Landfill satunya sudah tidak aktif (ditutup) sekitar 2016,” kata Sanggul.
Sanitary landfill yang aktif tersebut berada di atas lahan seluas 1 Ha. Sebelumnya, di tahun 2018, Radar Sampit pernah mengunjungi lokasi sanitary landfill yang masih mudah dilalui. Jalan menuju landfill menanjak. Ketika siang hari, sejumlah pemulung ramai mencari sampah yang bisa diperjualbelikan kembali ke pedagang rongsokan. Namun, saat ini kondisi zona aktif itu sudah dipenuhi sampah yang menggunung. Akses jalan menuju keatas nyaris tertutup dan berubah menjadi lautan sampah.