”Kami berharap pengguna jalan mematuhi aturan pemerintah agar jembatan awet dan infrastruktur jalan tidak rusak parah,” ujarnya.
Fahmi mengungkapkan, ada beberapa alternatif solusi jangka panjang terhadap penanganan Jembatan Patah. Pertama, lantai dapat dicor beton, namun harus dikaji secara teknis, apakah pengecoran efektif memperkokoh jembatan atau tidak.
”Apabila dicor beton pada lantai jembatan, harus dikaji secara teknis, karena setiap pengendara yang melintasi jembatan bisa terjadi guncangan. Ada cara lain, ditambah rangka baja di atas jembatan. Hanya saja, perlu perhitungan dan tidak semua kendaraan bisa melewatinya,” katanya.
Alternatif kedua, dengan mengganti konstruksi jembatan semi permanen menjadi jembatan beton permanen. ”Bisa diganti rangka baja, balok T, atau girder jembatan. Tetapi, persoalannya, rangka besi yang ada dikemanakan? Ini memerlukan koordinasi dengan bidang aset dan intansi terkait,” katanya.
Alternatif terakhir, dibangun jembatan baru di sampingnya dan tetap mempertahankan jembatan yang ada. Namun, hal itu perlu anggaran besar lagi.
”Persoalannya terkait anggaran. Di masa pandemi seperti ini, kemampuan keuangan daerah sangat terbatas dan lebih banyak menimbang dan memilah mana yang bersifat mendesak dan perlu penanganan segera, itulah yang lebih dulu diprioritaskan,” tandasnya. (hgn/ign)