Siswi SMK Tenggak Racun di Kuburan

Siswi SMK Tenggak Racun di Kuburan
TIDAK TERTOLONG: Sebelum meninggal, korban sempat menjalani perawatan di RSUD dr Murjani Sampit.

SAMPIT – Warga Desa Cempaka Mulia Barat, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dihebohkan dengan aksi bunuh diri remaja berusia 17 tahun. Perempauan yang masih  duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini mengakhiri hidupnya dengan cara minum racun rumput jenis Gramaxone.

Kapolsek Cempaga Iptu Bambang membenarkan peristiwa bunuh diri tersebut. Pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kejadian ini.

Bacaan Lainnya

”Korban minum racun rumput,” kata Iptu Bambang, Kamis (22/7) siang.

Ia menjelaskan, aksi bunuh itu terjadi pada Rabu (14/7) siang. Korban melakukan percobaan bunuh diri dengan cara meminum racun rumput di pemakaman umum.

Perbuatan tersebut sempat diketahui oleh orang tua korban. Mengetahui kejadian itu, korban pun langsung dilarikan ke RSUD Dr Murjani Sampit.

Saat dilakukan perawatan, pihak rumah sakit menyarankan agar korban segera dirujuk ke RS Ulin Banjarmasin, mengingat kondisi korban cukup parah akibat menegak racun rumput.

Baca Juga :  Pesaingnya Berat-Berat, Wartawan Radar Sampit Jawarai Anugerah Jurnalistik Kominfo 2021

”Namun, saat itu orang tua korban menolak anaknya untuk dirujuk. Hingga akhirnya korban dibawa pulang ke rumahnya,” ujar Bambang.

Setelah menjalani perawatan di rumah, siswi yang duduk di bangku kelas II SMK ini akhirnya meninggal dunia pada Selasa (20/7) lalu, tepat pada hari perayaan Iduladha.

Bambang menjelaskan, sampai saat ini penyelidik masih melalukan pemeriksaan untuk mengetahui motivasi korban nekat menegak racun rumput tersebut. Diduga kuat korban melakukan aksi bunuh diri  karena ada permasalahan dengan orang tua.

”Menurut informasi yang kami dapat, korban sempat bertengkar dengan bapaknya sehingga membuat dirinya nekad melakukan aksi percobaan bunuh diri tersebut,” ungkapnya.

Peristiwa ini pun menjadi sorotan Sekretaris Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kotawaringin Timur Utari Riambarwati. Masalah seperti ini patut menjadi evaluasi semua pihak, terutama orang tua. Ada banyak permasalahan yang bisa melatarbelakangi anak berseteru dengan orang tua. Misalnya, permintaan smartphone atau sepeda motor baru tidak terpenuhi, larangan berpacaran, atau masalah lainnya.



Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *