Sebelum kejadian, Mahmudin memacu bus itu dengan kecepatan sekitar 60 kilometer. Kepada Radar Sampit dia juga menegaskan tak mengantuk atau dalam pengaruh minuman keras saat mengendalikan bus tersebut.
”Semua berjalan aman. Namun, saat kejadian itu, saya melihat ada gundukan dan mengerem. Anehnya, arah bus malah ke kiri. Padahal kemudi saya banting ke kanan, hingga peristiwa nahas terjadi,” ujarnya.
Mahmudin mengaku tidak mengetahui persis mengapa busnya tak bisa dikendalikan saat kejadian. Namun, sebelum menuju Sampit, selang rem itu diketahui bocor. Akan tetapi, karena kebocorannya kecil, rekannya menyebut hal itu tak akan jadi masalah. ”Katanya aman saja kebocoran itu dan memang remnya masih pakem juga,” tuturnya.
Menurut Mahmudin, saat bus masuk sungai kecil di pinggir sungai, kaca angkutan itu pecah. Hal itulah yang membuat penumpang bisa menyelamatkan diri melewati bagian depan bus.
”Saya pun tidak menyangka kejadian ini. Saya bahkan mengangkat jenazah korban yang meninggal dunia. Saya turut berduka cita,” ujar pria yang sudah dua tahun lebih menjadi sopir bus tersebut.
Warga sekitar, Kosim, mengatakan, kecelakaan sampai merenggut korban jiwa memang kerap terjadi di lokasi itu. ”Jembatan itu harusnya dikasih pagar. Sering kecelakaan karena ada gundukan, terutama sepeda motor,” katanya.
Investigasi
Plt Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Yulindra Dedy mengatakan, pihaknya langsung menindaklanjuti peristiwa itu dengan melakukan investigasi. Terutama terkait kelayakan operasional bus atau adanya dugaan pelanggaran lain yang menyebabkan bus celaka.
”Kir sudah aman, namun yang lainnya akan kami cek. Apakah angkutan ini sesuai dengan yang ada. Jika ada pelanggaran, Damri bisa dikenakan sanksi. Sanksinya bisa pencabutan izin dan tidak bisa beroperasi terlebih dahulu,” katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Lamandau Atie Dieni mengatakan, 20 penumpang bus tersebut berasal dari Lamandau. Kemudian, 16 orang lainnya dari Terminal Natai Suka Pangkalan Bun.