NANGA BULIK – Ratusan kendaraan menumpuk di sejumlah pintu masuk ke Kabupaten Lamandau, Kamis (8/7). Ini terjadi karena Lamandau sedang menjalankan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara adat. Tidak masyarakat ada yang beraktivitas di luar rumah. Semua jalan ditutup anggota Batamad, Fordayak, dan Mantanoy.
Akibat jalan Trans Kalimantan juga ditutup sejak pukul 06.00-18.00 WIB, banyak pengendara yang memilih putar balik. Namun, tidak sedikit pula yang memilih menunggu di perbatasan hingga waktu pantang/pamali selesai.
”Ada yang bertanya, tapi kami jelaskan setelah ritual adat tula’bala, ada pantang pamali yang harus dijalankan. Akhirnya mereka bisa menerima,” ungkap Fery, salah satu anggota Batamad.
Penutupan jalan dilakukan dengan sangat ketat. Hanya kendaraan khusus dengan kebutuhan darurat yang bisa melintas, seperti ambulans orang sakit atau meninggal dan kendaraan petugas. Bahkan, sebuah kendaraan dinas pejabat tinggi Kalteng berpelat merah KH 3 juga tidak bisa menembus penyekatan adat tersebut.
”Hari ini tidak ada yang boleh melanggar pantang pamali/larangan dengan beraktivitas di luar rumah. Hal ini di samping penghargaan serta toleransi kita antarumat beragama dan budaya di Lamandau, juga bentuk ikhtiar dalam menekan penyebaran Covid-19,” ujar H Hendra Lesmana, Bupati Lamandau.
Pengecualian dari pembatasan aktivitas hari ini adalah kepentingan persalinan, sakit keras, petugas kesehatan, petugas keamanan, satgas penanganan Covid-19, dan Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak (Batamad).
Bupati juga mengapresiasi kepatuhan masyarakat atas imbauan Pemkab dan Dewan Adat Dayak dalam pelaksanaan ritual tersebut. ”Perpaduan budaya dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat darurat ini baru satu satunya di Lamandau dan terbukti efektif. Terima kasih dan apresiasi tinggi kami sampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat atas kepatuhan dan toleransi yang ditunjukkan hari ini. Satu hari warga tidak ada terpapar sangat membantu mengendalikan wabah,” pungkas Hendra. (mex/sla/ign)